Menu Close

Gangguan Kepribadian Borderline dan Gejalanya

Gangguan kepribadian borderline pada dasarnya gangguan emosional yang mempengaruhi perilaku, hubungan interpersonal, dan citra diri seseorang. Penyebab sebenarnya di balik gangguan ini tidak bisa dipastikan. Gangguan genetik dan fungsi otak yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kepribadian ini. Selain itu, beberapa faktor eksternal juga dapat menjadi pemicu munculnya gangguan kepribadian. Gejala gangguan kepribadian borderline kebanyakan ditemukan pada orang dewasa di atas usia 18 tahun.

Orang-orang dengan gangguan kepribadian borderline mereka merasa sulit untuk menafsirkan realitas sehingga mengganggu kehidupan. Mereka terlihat menghargai orang dan mengidealkan mereka, sedangkan di sisi lain merendahkan dan mengabaikan orang tertentu. Mereka mempunyai harapan yang tinggi dari orang lain dan menjadi sangat kecewa ketika keinginan dan harapan mereka tidak terpenuhi.

gangguan kepribadian borderline

Seorang psikolog bernama Adolf Stern menggunakan istilah borderline untuk menggambarkan kondisi antara psikosis dan neurosis. Hal ini menggambarkan batas kesadaran bahwa seseorang dengan gangguan ini merasa mereka mengalami rasa putus asa. Gangguan kepribadian ini nampak terlihat mempengaruhi 2% dari populasi orang dewasa, sebagian besar dari mereka adalah perempuan.

Beberapa penderita gangguan kepribadian borderline cenderung melukai diri sendiri meski tanpa niat bunuh diri, sedangkan dalam kasus yang parah akan terjadi juga perilaku bunuh diri.

Gejala gangguan kepribadian borderline

Orang dengan gangguan kepribadian ini sering menghadapi banyak kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka. Mereka menjadi begitu hipersensitif dalam hubungan interaksi sosial. Beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa seseorang dapat menderita gangguan kepribadian borderline adalah sebagai berikut:

  1. Tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, penderita gangguan kepribadian borderline merasa tertekan dan marah tanpa alasan yang pasti. Hal ini terjadi selama beberapa jam atau mungkin berlangsung selama beberapa hari.
  2. Tindakan impulsif  yang dapat menimbulkan resiko. Beberapa contoh impulsif tersebut termasuk mengemudi dengan ugal-ugalan, penyimpangan seks, penyalahgunaan obat-obatan, belanja tak terkendali, dan sebagainya.
  3. Mereka menjalani hidup dalam ketakutan karena merasa ditinggalkan. Mereka mulai membayangkan bahwa orang yang mereka cintai meninggalkan mereka selamanya. Meskipun pada kenyataannya tidak ada hal-hal seperti itu yang terjadi.
  4. Ketika mereka kehilangan kontrol atas emosi, mereka mungkin berubah menjadi destruktif. Sebagai hasilnya, mereka berakhir pada situasi seperti perkelahian. Mereka bahkan dapat memukul orang yang mereka cintai.
  5. Perilaku merusak diri sendiri dapat diamati pada beberapa dari mereka. Mereka cukup sering mempunyai pikiran untuk bunuh diri. Beberapa orang membuat upaya untuk melakukan bunuh diri. Penderita gangguan ini kadang juga merasakan kesenangan dalam membahayakan diri dengan memotong urat nadi atau membakar diri mereka sendiri.
  6. Mereka suka untuk mengevaluasi situasi dan orang-orang di sekitar mereka hanya dalam skala positif atau negatif. Jadi, mereka juga mengagumi banyak orang atau juga membenci seseorang karena sifat buruknya. Persepsi mereka terus berubah dari waktu ke waktu. Untuk alasan ini, mereka mempunyai banyak gejolak emosional sepanjang waktu.
  7. Mereka memiliki masalah tidak hanya dengan orang lain tetapi juga dengan diri mereka sendiri. Mereka selalu merasa bahwa mereka tidak berharga dan memerlukan jaminan terus menerus dari orang lain tentang citra diri mereka. Mereka sering merasa ditinggalkan dan dicekam kesepian dan kebosanan.

Gangguan kepribadian borderline diyakini bahwa terjadinya gangguan ini dimulai saat pubertas. Namun, karena perubahan suasana hati, depresi, iritabilitas, perilaku impulsif selama masa remaja, maka sangat sulit untuk mendiagnosis gangguan ini di saat itu, dan karenanya hal itu dapat didiagnosis terutama di awal masa dewasa.

Penderita gangguan kepribadian ini seringkali mendapatkan perawatan medis lebih banyak daripada penderita gangguan jiwa. Hal ini disebabkan karena ketakutan mereka yang merasa ditinggalkan dan dorongan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi. Psikoterapi adalah sesuatu yang dipandang sebagai cara efektif bagi banyak penderita. Sebuah pengobatan psikososial atau disebut dengan terapi perilaku dialektis telah secara khusus dikembangkan untuk mengobati orang dengan gangguan kepribadian borderline, dan telah terbukti efektif dalam kasus borderline dengan kecenderungan bunuh diri. Terapi ini berhubungan dengan masalah kepercayaan diri dan melibatkan kombinasi dari latihan kesadaran, pelatihan keterampilan sosial, teknik meditasi dan program edukatif. Obat-obatan tidak dianggap sebagai pilihan pertama. Namun, pengobatan farmakologis tertentu diberikan kepada pasien sesuai dengan gejala yang spesifik.

Dengan demikian, gangguan kepribadian borderline adalah suatu kondisi gangguan kepribadian berkepanjangan dalam fungsi kepribadian seseorang, dimana penderita berjalan melalui serangkaian pasang surut suasana hati. Mereka hidup dalam ketakutan, kesepian, dan panik ketika seseorang yang mereka cintai terpisah dalam waktu singkat. Mereka merasa begitu tertekan sehingga mereka mencoba merugikan diri mereka sendiri dan mencoba bunuh diri.

Jika anda menduga bahwa orang terdekat anda atau bahkan kekasih anda sendiri mengalami gangguan kepribadian borderline, anda tidak perlu takut, karena gangguan kepribadian borderline mempunyai peluang besar untuk dapat diobati.

Related Posts