Menu Close

Riwayat Jenghis Khan

Siapakah sebetulnya suku bangsa Tartar yang boleh dikatakan masih liar dan memegang peran penting dalam sejarah Cina dengan serangan dan penyerbuan yang berbahaya? Bangsa Cina tidak hanya hidup sendiri saja di daerah seluas itu. Mereka berbeda dengan orang-orang Barbar seperti suku bangsa Tartar yang hidup mengembara di daerah sekitarnya. Sejak dulu banyak orang-orang liar tinggal di sekitar daerah tersebut yang tidak suka bercocok tanam.

Mereka mengembara ke seluruh kawasan Asia Tengah, di sini hiduplah orang-orang Barbar yang terdiri dari suku Hun, Tartar, atau Mongol. Orang-orang Cina menyebut mereka “Hiung-nu", tetapi untuk mudahnya kita namakan mereka bangsa Tartar atau bangsa Mongol saja, meskipun nama ini kurang tepat. Daerah mereka sebagian gurun dan sebagian lagi padang rumput yang membentang sampai pegunungan, tak begitu subur dan tidak cocok untuk pertanian. Mereka memelihara sapi, kambing dan kuda. Mereka senantiasa harus selalu berpindah pindah tempat karena binatang peliharaan selalu membutuhkan padang rumput apabila rumput di padang telah habis termakan.

Mereka juga hidup dari air susu, daging, dan keju. Pakaian dibuat dari bulu atau kulit binatang-binatang yang mereka pelihara atau binatang-binatang lainya. Mereka selalu berpindah dan mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang lain, karena itu mereka tak mempunyai tempat tinggal yang tetap, tak dapat mendirikan rumah-rumah atau kota-kota. Hidup mereka jalani dalam kemah-kemah yang dapat dibongkar dan didirikan lagi sewaktu-waktu.

Bangsa ini merupakan pengendara kuda yang pandai dan sebagian besar hidup mereka terus-menerus naik kuda. Genghis, KhanSelain itu mereka pandai berburu binatang. Bangsa Tartar membenci kelemahan. Pada waktu makan, daging yang terbaik diberikan kepada orang-orang yang kuat dan pemuda-pemuda yang sehat kuat, sedangkan sisanya diberikan kepada orang tua dan anak-anak. Setiap orang Tartar dilatih berperang, dan memang mereka suka berperang.

Sejarah bangsa Cina dan bangsa Tartar tak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada waktu Dinasti Tang memerintah, orang-orang Tartar bertambah banyak jumlahnya sehingga mereka sudah merupakan suatu bangsa yang besar, dan mereka tak dapat kita sebut lagi sebagai orang-orang Tartar. Di sebelah timur laut pemukiman orang Tartar, hiduplah bangsa Cathay. Di sebelah barat dan utara orang-orang Tartar, di pegunungan dekat mata air sungai Amur, hiduplah bangsa Mongol. Sedangkan di bagian selatan terdapat orang-orang Hun. Oleh karena nasib dan kebiasaan mereka adalah sama, maka sukar sekali untuk membedakan antara suku-suku bangsa di situ. Mereka juga saling bantu-membantu menghadapi musuh dan bersatu.

***

Di pinggir utara gurun Gobi, di padang rumput yang membentang luas tak terhingga jauhnya, seorang anak laki-laki menaiki kuda disamping ayahnya. Sejauh pandangan mata tidak terlihat seorangpun, kota, atau jalan, hanya bukit-bukit yang penuh hutan dan rumput yang melambai-lambai, dan beberapa burung elang yang terbang meninggi di angkasa. Dengan sangat gagahnya, anak laki-laki tadi menaiki kudanya, sebab ayahnya ialah seorang pepimpin, seorang Khan dari berbagai gerombolan suku Tartar yang menamakan dirinya bangsa Mongol. Mereka hidup di daerah antara sungai Onon dan sungai Kerulon.

Bangsa Mongol adalah bangsa yang masih liar dan kuat, mereka mengaku keturunan serigala. Di musim dingin sewaktu petang, diceritakan kepada anak-anak oleh orang tua masing-masing tentang dongeng kepahlawanan yang menjadi pemimpin mereka pertama. Seperti semua bangsa Tartar, mereka tinggal di kemah terbuat dari kulit dan berbentuk bulat yang disebut “yurt".

Setelah naik kuda 23 hari lamanya, ayah beranak tadi berjumpa dengan seorang yang naik kuda juga yang rupa-rupanya telah mereka kenal, mereka berhenti dan bercakap-cakap.

“Hendak kemana, Yessugai?" tanya orang tadi. “Saya dengan anak saya Temuyin, hendak pergi ke saudara ibunya untuk mencarikan seorang istri baginya." jawab Khan.

Orang berkuda tadi memperhatikan anak laki-laki yang disebut Temuyin itu dengan seksama, dan pandangan itu dibalas oleh Temuyin dengan berani juga.

Kata orang berkuda lagi, “Anakmu mempunyai muka yang terang dan sepasang mata yang berani. Semalam saya bermimpi sangat aneh, yaitu seekor burung elang putih menggenggam matahari dan bulan dalam cakarnya, terbang amat rendah dan hinggap di atas tanganku. Saya percaya bahwa ini adalah suatu tanda bahagia. Di rumah aku mempunyai seorang anak perempuan yang masih muda juga, masi datanglah melihat sendiri. Barangkali ia mau jadi istri anakmu."

Kedua orang tamu itu dibawa ke kemahnya, mereka bertemu dengan seorang anak perempuan manis yang baru berumur sepuluh tahun, bernama Bortai Yessugai. Maka ditetapkanlah bahwa kedua anak muda itu akan dikawinkan, jika mereka sudah cukup umurnya. Dia menyuruh Temuyin untuk tinggal di situ, supaya berkenalan dengan Bortai bakal istrinya. Temuyin memperlihatkan kepandaian dan kecakapannya menaiki kuda dan menembak dengan panah. Perempuan bangsa Tartar sama kuatnya seperti orang laki-laki dan sebagian besar pekerjaan memang dilakukan oleh wanita.

Belum lama tinggal di rumah Bortai, maka datanglah seorang lelaki naik kuda ke kemah ayah Bortai. Orang yang datang itu berkata, “Aku disuruh Yessugai menjemput Temuyin, ia ingin bertemu dengan anaknya". Maka seketika itu juga Temuyin berangkat pulang dengan utusan itu. Di tengah jalan, orang suruhan ayahnya itu berceritera, “Ketika tempo hari ayahmu pulang sendirian dari rumah ayah Bortai, ayahmu berhenti di tengah jalan. Ia singgah sebentar untuk berpesta dengan beberapa orang yang dijumpainya. Tetapi apa yang terjadi? Ayahmu terkena racun. Maka sekarang ia ingin bertemu denganmu sebelum meninggal."

Mereka berjalan terus, menaiki kudanya dengan tak berhenti sebentarpun untuk makan atau beristirahat. Akan tetapi sayang, Yessugai meninggal sebelum anaknya datang. Maka Temuyin walaupun belum dewasa diangkat sebagai pengganti ayahnya sebagai Khan.

Tetapi bangsa Tartar tidak besar kesetiaannya, mereka hanya mementingkan diri sendiri dan hanya menurut kepada pemimpin yang terkuat. Orang-orang Yessugai tidak mau tunduk kepada anak kecil yang dianggapnya tidak kuat sebagai Khan menggantikan ayahnya. Maka ketika tiba saatnya untuk pindah ke utara dimusim semi, mereka pergi turut kcepada seorang pemimpin lain, musuh ayah Temuyin. Mereka berkata kepada Temuyin, “Batu yang keras kadang-kadang dapat dipecah, sumur yang dalam kadang-kadang menjadi kering. Buat apa kami turut kepadamu yang tidak kuat?"

Ibu Temuyin adalah seorang perempuan kuat, maka diambilah bendera suku bangsanya, lalu dikejarlah orang-orang itu sambil berteriak-teriak supaya kembali lagi. Beberapa orang kembali juga, tetapi yang lain terus pergi, ditinggalkannya Temuyin, ibunya dan saudara-saudara lainnya.

Temuyin masuk ke dalam kemah dan menangis karena marah dan sedih. Inilah arti impian burung elang putih? Bahagia? Ia merasa amat celaka dan sedih sekarang. Selanjutnya ia selalu ada dalam bahaya karena pemimpin-pemimpin barisannya yang mengerti bahwa ia adalah Khan yang sah dan pasti akan ada orang yang iri.

Setelah mereka melihat bahwa Temuyin makin hari makin menjadi besar dan kuat, maka mereka datang ke kemah dan hendak membunuhnya. Temuyin dapat melarikan diri dengan naik seekor kuda yang cepat, sedang ibunya dan saudara-saudaranya terpisah, masing-masing menyelamatkan diri dan bersembunyi. Ia masuk ke dalam hutan dan bersembunyi tiga hari lamanya terkepung musuh. Akhirnya ía terpaksa keluar karena kelaparan dan ia ditangkap oleh musuhnya, kepala dan tangannya lalu diikat pada sepotong balok yang digantungkan di bahunya. Dalam keadaan yang sukar, dia dapat juga membunuh orang yang mengawalnya, lalu ia melarikan diri dan kemudian bertemu dengan saudaranya dan pengikut-pengikutnya. Dia mulai mengumpulkan barisan-barisannya Lagi.

Rasa dendam dan selalu hidup dalam bahaya seakan-akan memberi dia kekuatan dan dia berniat keras hendak merebut kembali segala yang menjadi hak miliknya. Para pengikutnya yang suka mengembara kian kemari dikumpulkan dan dipimpin dalam barisan yang tetap. Ia melindungi mereka dan kekayaannya yang berupa binatang-binatang ternak. Di atas padang rumput yang luas itu tak ada barang yang dapat disembunyikan. Orang-orang lain mengetahui perbuatan Temuyin, maka mereka mulai menghormati dan menghargai. Makin hari makin banyaklah orang yang menempatkan diri di bawah benderanya. Ketika ia merasa dirinya cukup kuat, maka dia pergi mengunjungi calon istrinya yaitu Bortai. Bapak Bortai mempunyai kepercayaan yang penuh kepadanya, ia menerima Temuyin dengan sangat baik. Kemudian Bortai dengan pakaian baju putih dari kulit onta, dan rambutnya dihias dengan mata uang perak pergi turut dengan Temuyin, suaminya. Kedua orang itu sungguh masih sangat muda menginjak masa dewasa.

Temuyin masih harus terus berjuang keras. Ia menggabungkan diri dengan pemimpin-pemimpin suku lain, bantu membantu jika perlu. Setelah ía merasa dirinya cukup kuat, maka ía menyerang suku bangsa yang dahulu mengejar-ngejar dan menangkapnya. Meskipun hanya dengan barisan yang jauh lebih kecil daripada barisan musuh, ia sanggup menaklukkan musuh-musuhnya. Setelah musuhnya dapat ditaklukkan, pemimpin barisan musuhnya direbus hidup-hidup dalam wajan besar. Sesudah itu ia lalu diakui sebagai pemimpin bangsa Mongol, tetapi itu belum cukup baginya. Ia mempunyai cita-cita baru. Berturut-turut ia memerangi semua suku bangsa Tartar di sebelah utara gurun Gobi dan akhirnya ia dapat menaklukkannya.

Tidak pernah ia melepaskan musuh tetapi tidak pernah ia melupakan kawan. Ia tahu benar mengambil hati orang-orang yang dipimpinnya. Mereka meihat dia seolah-olah seperti melihat seorang besar yang kuat dan luar biasa, seperti dulu ayah Bortai yang mempunyai kepercayaan penuh kepadanya, maka kebanyakan orang-orang itu meninggalkan segala-galanya untuk turut kepadanya dan mereka rela menyabung nyawanya untuk dia. Mereka beranggapan bahwa ia adalah lebih daripada manusia biasa, seorang yang dikasihi oleh para Dewa. Dan sungguhlah Temuyin yang lebih dikenal dengan namanya “Jenghis Khan", adalah seorang yang sangat luar biasa yang pernah hidup di dunia.

Ia adalah seorang Tartar yang terbesar. Tentang Temuyin orang menyebut dan mengatakan,"Inilah dia, putera sejati bangsa Tartar, anugerah Asia Tengah dengan anginnya yang sangat dingin, dengan suku bangsanya yang mengembara tak jemu-jemunya, gurun dan padang rumputnya yang tak terhingga luasnya".

Ia seperti Mow-tan dan pemimpin-pemimpin bangsa Tartar lainnya, hanya ia lebih besar, lebih kuat, lebih murka dan lebih pintar, lebih kejam dan lebih tidak mengenal belas kasihan. Pada 1206 M. dekat tempat kelahirannya diseberang sungai Onon, ia mengadakan suatu pertemuan besar antara suku-suku bangsanya di sebelah utara. Pada waktu itu ía berusia 44 tahun. Pada pertemuan besar itu ia diangkat menjadi “Khan Besar" yang mengepalai Semua suku bangsa dan kepadanya diberikan gelar baru yaitu “Jenghis" yang berarti “Amat Besar". Pada pertemuan itu dia memberikan hadiah kepada mereka yang telah berjasa kepadanya dan menolongnya selagi dia masih kecil dan dalam perjuangan hingga mendapatkan kekuasaan yang besar. Mereka diangkat menjadi panglima-panglimanya yang dipercaya sepenuhnya, sehingga mereka tak pernah mengecewakan.

Bangsa-bangsa lain di Asia tidak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi di sebelah Utara gurun Gobi. Bangsa Kin telah memerintah hampir seabad lamanya di Cina Utara dan rupanya sudah lupa akan darah Tartarnya. Kerajaan mereka meliputi Mancuria dan Mongolia Timur, meluas ke selatan melalui sungai Huang-Ho hingga batas kerajaan Sung. Ibukotanya ialah Yengking, yang kemudian menjadi kota Peking atau Beijing. Bangsa Kin inilah yang mula-mula menjadikan Peking menjadi ibukota kerjaaan. Sejak Cina Utara mulai diperintah oleh bangsa Cathay, maka negeri itu dinamakan Cathay. Setelah bangsa Cathay diusir keluar Cina oleh bangsa Kin, maka di sebelah Barat yaitu di Turkistan, mereka telah berhasil mengalahkan dan merampas suatu daerah yang luas. Bangsa Cathay menduduki tempat-tempat sepanjang jalan kafilah yang terdahulu dan mereka kemudian terkenal sebagai bangsa Cathay Hitam.

Sesudah Jenghis Khan diangkat menjadi pemimpin besar dari semua suku-suku bangsa Tartar disebelah Utara gurun Gobi, make ia meluaskan pandangannya untuk menaklukkan negeri-negeri lain. Barisan berkuda yang ada di bawah perintahnya terdiri dan ribuan prajurit yang kuat serta taat. Ia percaya sepenuhnya kepada panglima-penglimanya yang telah membuktikan kesetiaannya.

Ia mempunyai 4 orang anak lelaki yang sudah besar dan namanya terdengar seperti teriakan dalam perang, yaitu Juchi, Jagatai, Ogotai dan Tuli. Anak-anak merupakan keturunan Bortai, meskipun Jenghis mempunyai banyak istri, Bortai tetap menjadi istri yang paling dipercaya. Keempat anak laki-laki ini kelak yang menjadi ahli warisnya dan mereka hampir sama kuatnya dengan ayahnya.

Apakah yang akan diperbuat dengan kekuasaan sebesar itu? Bangsa Mongol tidak tahu bagaimana caranya menjadi satu bangsa yang kuat atau beradab, yang mereka tahu hanya berperang dan merampas harta benda bangsa-bangsa lain. Bangsa Mongol mempunyai dendam kepada bangsa Kin yang pernah membunuh secara kejam beberapa orang pemimpinnya. Hal itu dapat dijadikan suatu alasan untuk berperang. Jenghis sendiri adalah seorang taat beribadat, sebelum ia berangkat berperang, Ia naik ke puncak gunung dan berdoa kepada Tuhan.

"Saya hendak membalas dendam kepada bangsa Kin yang telah membunuh bangsa saya. Jika Tuhan mengizinkan, berilah saya pertolongan".

Belum pernah ada tentara Tartar yang begitu besarnya datang dari Utara. Orang-orang Tartar mempunyai disiplin yang sangat keras. Berbagai peraturan telah dibuat oleh Jenghis, dan siapapun yang melanggarnya dihukum mati. Kematian seseorang adalah soal kecil bagi Jenghis Khan.

Setiap pemimpin pasukan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan sepuluh orang bawahannya. setiap prajurit adalah anggota pasukan yang terdiri dari sepuluh orang, dan dilarang keras meninggalkan pasukannya ataupun meninggalkan teman yang mendapat terluka. Jenghis tahu juga akan keburukan tabiat bangsanya sendini, yaitu mementingkan diri sendiri dan watak tidak setia.

Tidak ada tentara lain di dunia ini yang dapat berjalan lebih cepat dan leluasa dari tentara Mongol. Setiap prajurit mempunyai tiga atau empat ekor kuda cadangan, sedangkan ribuan ekor kuda cadangan dan binatang ternak lainnya turut digiring bersama dengan tentara. Sapi dan kuda betina diperas susunya, jika perlu dimakan dagingnya. Susunya dimasak menjadi keju dan dagingnya dibuat dendeng.

Seorang Mongol dapat bepergian berhari-hari lamanya hanya dengan membawa beberapa potong keju dan sedikit daging. Jika binatang ternak lainnya telah habis termakan, dan susupun tak ada lagi, kadang-kadang mereka membedah urat kudanya, lalu diminum darahnya, kemudian urat itu ditutup lagi. Kuda-kuda Tartar sama kuatnya dengan orang-orangnya dan tidak memerlukan lebih banyak makanan.

Kuda dan pengendaranya tidak takut terhadap panas atau dingin, gunung-gunung tinggi atau gurun pasir. Mereka bergerak cepat dan tetap seperti sekawanan belalang. Kekuatan manakah yang dapat menahan tentara yang demikian dahsyatnya?

Untuk singkatnya, Jenghis telah memasuki negeri Cathay dan menginjaknya, membunuh, merusak dan merampas di mana-mana. Sembilan kota di sebelah utara Huang-Ho jatuh ke tangan musuh, hanya Yenking yang dapat mempertahankan diri hingga saat terakhir. Jika suatu kota telah dapat direbut oleh bangsa Mongol, maka akan dirampas semua barang-barang yang berharga di kota itu. Semua tawanan yang berguna bagi meneka, yaitu semua tukang, pemuda dan pemudi yang kuat, diangkut sebagai tawanan atau sebagai budak belian. Sementara itu penduduk lainnya, laki-laki perempuan dan anak-anak dibunuh mati dengan tidak mengenal belas kasihan sedikitpun dan mayat-mayatnya ditumpuk bertimbun-timbun di tempat itu. Kemudian kotanya dibakar dan mereka meneruskan perjalanannya.

Pada suatu ketika Jenghis Khan menerima berita bahwa di daerah Barat keadaan menjadi genting karena terancam oleh bangsa Cathay Hitam, maka ia harus meninggalkan medan perang Cina Utara dan pergi ke daerah Barat. Seorang panglimanya tinggal di utara untuk menyelesaikan peperangan disitu, dan ia sendiri dengan tentaranya yang kuat berangkat ke daerah Barat. Bangsa Cathay kemudian dikalahkan, rajanya kemudian dikejar sampai ke pegunungan tinggi dan akhirnya ia dapat ditangkap, kemudian dibunuh dan kepalanya dibawa ke hadapan Jenghis. Jenghis dapat menguasai seluruh daerah utara diantara Pamir dan Laut Kuning. Beribu-ribu kereta penuh muatan barang rampasan bertahun-tahun mengalir dari negeri-negeri yang dikalahkan oleh Mongolia.

Bersama-sama barang rampasan itu datang juga banyak orang tawanan yang dapat memberi berbagai macam pelajaran kepada bangsa Mongol misalnya bagaimana cara mempergunakan alat pelanting untuk menyerang benteng, bagaimana cara melemparkan botol berapi dan alat peledak dan cara membuat perahu. Salah satu suku bangsa Turkestan yang dengan suka rela menggabungkan diri pada bangsa Mongol tahu cara membaca dan menulis. Jenghis mempergunakan pengetahuan mereka untuk menyuruh menulis semua perintahnya dan anak cucunya disuruh belajar membaca dan menulis dari suku bangsa Turkestan.

Di sebelah barat Cathay Hitam terletak kerajaan besar bangsa Turkestan yang terpecah-pecah menjadi daerah-daerah kecil. Yang paling dekat adalah Kwaresm, sebuah negeri kaya dan makmur dengan kota-kotanya yang indah. Jenghis mengirimkan utusan-utusan untuk membawa barang-banang seperti berlian, perák dan pakaian dan kulit onta. Tetapi malang benar, utusan Mongol dalam perjalanannya ditahan oleh Gubernur di salah satu kota. Utusan Mongol disangka mata-mata dan dibunuh. Penistiwa ini sangat mengejutkan Jenghis, yang tentu tak dapat membiarkan begitu saja. Ia naik ke puncak sebuah gunung dan 3 hari tiga malam tinggal di situ untuk meminta petunjuk Tuhan. Lalu ia turun dari gunung, mengumpulkan tentaranya dan berangkat ke barat.

Kota demi kota jatuh dalam menghadapi senjata pelanting, api, dan serangan-serangan tentara Mongol yang maha dahsyat. Prajurit-prajurit Tartar telah dilatih oleh Jenghis untuk jangan sekali-kalii menyerah dan berhenti berperang. Siang dan malam mereka menyerang terus. Prajurot yang telah lelah digantikan dengan prajurit baru. Inilah salah satu kerusakan terbesar di Asia Barat.

Jenghis memenintahkan keempat anaknya dan tiga orang panglma untuk mengepalai 10000 orang prajurit, supaya mereka maju lebih jauh lagi ke Barat. Bagian-bagian lain dari negeri Kwaresm dikalahkan oleh anak-anak Jenghis, dan para panglima merusak peradaban negeri di sekitar laut kaspia. Akhirnya terbukalah jalan kemenangan selanjutnya. Sebagian kecil bangsa Turkestan dan Turki melarikan diri dan masuk ke pegunungan Asia Kecil. Bangsa Turki itulah yang kemudian mendirikan kerajaan Turki. Sesudah mendapatkan kemenangan-kemenangan yang besar, Jenghis Khan pulang ke daerah Timur, perlahan-lahan diiringi oleh kereta yang berderet-deret penuh kekayaan yaitu barang-barang rampasan. Pada waktu itu ia telah mencapai usia 64 th, dan rupa-rupanya ia telah mulai jemu akan pembunuhan. Entah berapa juta jiwa yang telah melayang dibunuhnya dalam peperangan yang sangat mengerikan atas perintahnya.

Setelah Jenghis meninggal, kepemimpinan dilajutkan oleh Ogotai sebagai pengganti ayahnya. Pada zaman setelah itu, bangsa Mongol lebih berjaya lagi dengan menaklukkan hampir separuh Eropa dan seluruh negeri Cina.

Related Posts