Menu Close

Arti Nirwana Menurut Buddhisme

Nirwana merupakan istilah yang banyak dijelaskan oleh banyak pengikut spiritual, di lain sisi juga menjadi istilah yang juga disalahartikan. Kata nirwana mempunyai peranan penting dalam banyak agama termasuk Buddha dan Hindu. Salah satu alasan di balik adanya Buddhisme adalah Siddhartha Gautama, yang mendapat pencerahan sewaktu bersemadi di bawah pohon Bodhi. Pada akhirnya Siddartha mendapatkan segala macam pengetahuan dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan masa lalu, sekarang, dan selanjutnya. Dia mengungkapkan bahwa nirwana sebagai kebenaran utama akan keberadaannya. Di lain sisi, istilah ini juga mengandung arti memadamkan.

Kata nirwana terdapat dalam bahasa Sanskerta sedangkan dalam bahasa Pali dikenal dengan nibbana yang secara harfiah berarti tindakan pemadaman, mirip pemadam kebakaran yang menghentikan api. Dalam ajaran Buddha, seseorang harus memadamkan faktor tertentu dalam kehidupan agar dapat mengerti arti kehidupan sebenarnya. Menurut keyakinan Buddhis, dengan melalui nirwana maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan kekal dan membebaskan diri dari penderitaan duniawi.

Pengertian nirwana

Jiwa manusia kerap terjebak dalam siklus kelahiran, penderitaan, kesusahan, kematian, kelahiran kembali, dsb. Semua ini merupakan dampak dari karma yang dikumpulkan dalam kehidupan manusia sebelumnya, yang dapat mengakibatkan penderitaan yang manusia alami saat ini. Jika seseorang tidak dapat mencapai nirwana, maka siklus ini akan tetap berulang.

arti nirwana

Oleh sebab itu, untuk melepaskan diri dari keseluruhan siklus tumimbal lahir, adalah penting untuk mengambil cara spiritual yang dapat membebaskan diri dari penderitaan di dunia. Api yang perlu dipadamkan adalah api akan keterikatan, ketidaktahuan, dan keengganan. Sewaktu seseorang berhenti mendambakan duniawi, ini adalah langkah menuju nirwana.

Ketika api menjadi padam, maka ini menjadi tidak aktif dan tidak terikat pada hal tertentu. Jika anda melihat api yang menyala dan membakar sesuatu, api akan memaksa unsur lain sebagai bahan bakar agar tetap menyala dan terus menyala. Setelah pasokan bahan bakar berhenti, maka api akan terlepas dan padam. Sama halnya dalam konsep manusia menuju nirwana, tidak perlu lagi untuk menderita dan tidak perlu lagi melekat pada elemen yang membuatnya tetap ada. Ini adalah cara untuk mencapai kebebasan. Membebaskan diri dari bahan bakar yang dapat menjadi sarana api untuk menyala meliputi keterikatan, kesenangan duniawi, dan ketidaktahuan untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Tipe nirwana

Menurut Buddhisme, nirwana dibagi menjadi 2 jenis, yaitu nirwana selama hidup dan nirwana setelah kematian. Seseorang yang mendapatkan nirwana selama hidup disebut dengan arahat, seperti Sang Buddha sendiri. Jenis nirwana ini juga disebut nirwana dengan sisa. Pada nirwana jenis ini, seseorang telah melampaui keadaan pikiran yang berbeda, meski hidup di dunia ini, akan tetapi tidak menjadi bagian dari dunia. Walau orang tersebut masih hidup, bernafas, tidur, makan, berbicara, dan berinteraksi dengan makhluk yang belum tercerahkan, pemikiran orang tersebut bukanlah di dunia ini. Ini karena pikirannya telah mencapai kedamaian dan bebas dari kemelekatan, unsur negatif, dan tidak reaktif terhadap perubahan dalam dunia. Kondisi ini seperti nyala api yang telah padam dan bekas tempat nyala api tersebut masih terasa hangat.

Sewaktu seorang arahat meninggal, maka dia mendapatkan nirwana tipe kedua. Ini dikenal juga dengan nirwana tanpa sisa, yaitu keadaan di mana seseorang mencapai nirwana secara total. Pada kondisi ini, seseorang akan terbebas dari siklus kelahiran dan kematian. Saat Sang Buddha menjelaskan bagaimana rasanya mengalami nirwana setelah kematian, maka dia menunjukkan bahwa tidak ada satu katapun di dunia ini yang dapat menjelaskan pengalaman ini, oleh sebab kosa kata yang ada di dunia ini hanyalah untuk menjelaskan pengalaman yang terdapat di dunia. Sedangkan apa yang dialami arahat setelah mati tidak dapat dijelaskan dengan bahasa apa saja. Jika saja dapat dikatakan, maka keadaan nirwana total adalah api yang padam dan bekas api yang telah tak terasa lagi panasnya. Tidak ada lagi yang mengikatnya dan tidak ada yang melekat padanya.

Faktor terpenting untuk mencapai nirwana adalah dengan melepaskan keinginan demi keinginan. Pikiran kacau akan membuat seseorang tidak dapat mencapai kebahagiaan, oleh sebab itu pikiran harus dibersihkan. Buddha membantu para umatnya untuk berjalan mengikuti jalan 8 unsur yang terdiri dari pandangan yang benar, niat yang benar, ucapan yang benar, tindakan yang benar, penghidupan yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar, dan konsentrasi yang benar. Buddha berkata,

Nirwana melebihi dari sekedar pencerahan. Ini merupakan kebebasan dari keterikatan dalam kehidupan, baik ini fisik, spiritual, atau emosional. Ini adalah kondisi yang tidak dapat dihancurkan eksistensinya yang berada dalam kapasitas penuh. Tidak ada hal yang melampaui nirwana karena ini adalah tujuan akhir dari keberadaan manusia.

Related Posts