Menu Close

Penyebab Sering Bicara Sendiri Tanpa Sadar

Penyebab sering berbicara sendiri antara lain dapat terjadi karena rasa sepi, tidak puas, atau sebuah kebiasaan di masa lalu dan adanya gangguan psikologis. Ada juga pendapat yang menganggap berbicara dengan dirinya sendiri adalah normal. Oleh karena hal ini tidak dapat diterima secara bebas, orang-orang yang sering melakukan percakapan imajiner tersebut cenderung merasa canggung dengan kebiasaannya. Namun, tidak semua orang yang suka berbicara sendiri mengalami gangguan mental. Berbicara dengan dirinya sendiri, mungkin saja adalah beberapa kondisi di mana seseorang merasa perlu untuk membicarakan suatu masalah, hanya dengan dirinya.

Untuk menghadapi situasi semacam ini, terkadang orang-orang tersebut merasa memerlukan nasihat. Mereka mungkin berbicara sendiri untuk menghindari campur tangan orang lain dalam kehidupan pribadi mereka. Yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah orang-orang seperti ini berbeda dengan orang lain? Apakah perilaku seperti ini menandakan sakit jiwa? Percakapan imajiner juga dapat terbukti bermanfaat untuk mengetahui bahwa seseorang masih dapat dianggap normal atau tidak, dan juga berguna untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Berikut kita akan mengulas lebih lanjut tentang kebiasaan sering berbicara sendiri lebih rinci.bicara sendiri

Penyebab suka berbicara sendiri

Seseorang dapat memiliki percakapan imajiner dengan 4 entitas yang berbeda-beda. Keempat entitas ini mungkin saja termasuk teman imajiner, sahabat sejati virtual, Allah, dan diri sendiri. Biasanya orang-orang semacam ini berbagi perasaan, pengalaman, dan pikiran dengan cara berbicara lantang jika sendirian. Orang-orang seperti ini juga cenderung berbicara keras secara pribadi. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan penyakit mental juga dapat menyebabkan percakapan imajiner. Alasan dibalik pembicaraan imajiner dan artinya adalah sebagai berikut:

> Melatih dirinya
Jika seseorang merasa gugup atau tidak yakin tentang apa yang harus dikatakan nantinya, maka dapat saja melakukan latihan untuk berbicara. Hal ini dapat berhubungan dengan wawancara kerja, percakapan dengan beberapa orang yang sangat berpengaruh, persiapan untuk sebuah debat atau diskusi, membuka suatu acara, dsb.

Seseorang akan mengatakan hal-hal yang dia ingin katakan dalam situasi yang akan datang, misalnya dalam wawancara kerja, dia juga akan berbicara sebagai pewawancara, hal-hal yang diinginkan, ditanyakan atau diharapkan dari pewawancara. Dia kemudian akan membuat kesimpulan dari seluruh percakapan dan memutuskan apakah dia layak untuk lolos dalam tes wawancara kerja ataukah tidak. Meski pada situasi yang nyata di hampir semua kasus, hal ini tidak pernah sama dengan apa yang telah dilatih.

Percakapan imajiner ini dapat diartikan bahwa seseorang mempunyai rasa percaya diri yang rendah. Selain itu mungkin saja gugup dan tidak yakin dengan situasi yang akan datang. Oleh karena itu, dia memilih untuk mempersiapkan diri dengan baik. Percakapan imajiner ini tidak menunjukkan adanya gangguan kejiwaan. Kondisi ini benar-benar normal karena rasa gugup dalam situasi tertentu.

> Rasa tidak puas
Hampir setiap orang pernah menghadapi beberapa situasi di masa lalu dan merasa tidak puas dengan apa yang didapat. Banyak orang yang merasa bisa mendapat yang lebih dari itu, tapi kemudian menerima kenyataan bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah masa lalu, disaat ini. Namun, banyak orang yang gagal untuk menerima kenyataan dan akan terus mengulangi situasi ini dalam pikirannya. Percakapan imajiner dari orang-orang semacam ini selalu memikirkan cara-cara yang lebih baik, pemahaman yang lebih baik. Dia akan terus mengulang situasi dengan mengubah sikap yang seharusnya dilakukan.

Menjadi orang yang tidak merasa bahagia dimasa lalu, maka dia mencoba untuk menemukan kepuasan untuk sementara waktu dengan cara mengubah kondisi dalam pikirannya. Namun, kepuasan sementara hanya akan berlanjut dan mengarah pada rasa frustrasi, ketika realita kembali menghantamnya. Percakapan imajiner ini tidak menandakan gangguan mental, hanya menandakan ketidakpuasan dan keinginan untuk memperbaiki situasi yang sebenarnya tidak dapat diubah.

> Motivasi
Banyak orang yang suka mencari motivasi diri untuk menghadapi situasi yang serba kompetitif. Hal ini mungkin saja seperti menjelang tes, pertandingan, wawancara atau presentasi. Mereka akan mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka dapat melaluinya dan berhasil mencapai sukses.

Dalam situasi seperti ini, seseorang akan cenderung untuk meningkatkan semangat dengan sedikit berbicara dengan dirinya sendiri. Sebagai contoh adalah,”Ayo, kamu bisa!”

Percakapan imajiner ini menandakan adanya suatu kebutuhan untuk memotivasi diri. Beberapa orang memiliki cara memotivasi diri mereka sendiri, karena mereka percaya bahwa mereka perlu motivasi untuk menghadapi situasi dengan hasil yang baik. Percakapan imajiner ini adalah normal dan karena adanya bukan gangguan jiwa.

> Harapan
Dalam percakapan imajiner ini dikarenakan adanya mimpi yang belum terpenuhi atau harapan dari seseorang. Angan-angan juga dapat mencakup situasi dimasa lalu yang ingin diubah, atau situasi di masa depan dimana seseorang menginginkan sesuatu.

Seseorang dapat berbicara sendiri dengna memakai berbagai skenario yang tidak terjadi di masa lalu, atau juga dimasa depan. Dia mungkin juga berbicara dengan gambaran imajiner, membingkai karakter seseorang, seperti orang yang dia gagas dalam kehidupan nyata.

Hal ini menandakan bahwa orang tersebut merasa sedih dengan kenyataan dan mempunyai keinginan untuk hal-hal yang lebih baik, meski dia hanya memimpikan hal yang tidak nyata dan pada keadaan yang sebenarnya adalah buruk.

> Kesepian
Umumnya orang memiliki kebiasaan berbagi tentang apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan teman-teman, saudara, orang tua, dsb. Namun, ketika merasa kesepian dan tidak menemui orang yang tidak dapat diajak bicara, maka dia cenderung untuk berbicara dengan dirinya sendiri. Pada kebanyakan kasus, mereka dapat menjadi pemecah masalah bagi dirinya sendiri. Namun, mereka juga merasa bahwa dirinya tidak diterima dalam kehidupan bersosial.

Bercakap-cakap dengan diri sendiri sebagai akibat dari kesepian lebih realistis. Ini berarti seseorang cenderung mencurahkan perasaannya dalam kata-kata, mungkin saja hanya sebatas di dalam kepala. Dia juga dapat menikmati tindakan yang tidak diterima oleh masyarakat. Dia akan membahas situasi nyata dan menganalisis perasaannya. Dalam kondisi ini mereka masih dalam batas-batas manusia yang dianggap waras.

> Rasa cemas
Dalam kondisi ini, kebanyakan orang akan berpikir negatif tentang segala sesuatu. Mereka menghadapi rasa takut yang terus-menerus dan panik dalam situasi yang tampaknya berbahaya atau sulit bagi dirinya. Orang yang pikirannya sudah penuh dengan pikiran negatif, maka orang tersebut akan mencoba untuk memiliki percakapan yang meyakinkan dirinya sendiri. Percakapan ini akan menenangkan ketakutan dan menurunkan tingkat kecemasan dan panik.

Percakapan imajiner semacam ini menandakan adanya keinginan untuk mengatasi rasa takut. Orang ini akan mencoba untuk membuat dirinya lebih nyaman dalam situasi yang tidak nyaman. Oleh karena itu, percakapan ini membuktikan bermanfaat bagi orang, membantunya untuk melampaui masa yang sulit.

> Depresi
Dalam kondisi seseorang yang mengalami depresi, dirinya merasa kehilangan, tidak berguna, ingin bunuh diri, dan terlihat seperti akan gila. Dia akan kehilangan minat dan menangis tanpa alasan yang jelas. Dia juga dapat menghabiskan malam tanpa tidur atau menderita insomnia. Depresi biasanya berasal dari kecemasan.

Depresi membuat seseorang merasa kosong dan kehilangan otak. Orang tersebut akan menjadi kesulitan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Oleh karena itu, untuk mengobrol dengan orang lain atau teman-temannya adalah sesuatu yang mustahil baginya. Seseorang dapat sering berbicara sendiri dengan dirinya karena perasaan yang terisolasi. Namun, ini terjadi pada kasus depresi yang sangat parah.

Perasaan kosong dan terisolasi membuat seseorang mulai melakukan percakapan imajiner dengan dirinya sendiri. Hal ini juga mungkin dapat merupakan indikasi dari gangguan mental. Konsultasi dengan psikiater menjadi hal yang dibutuhkan dalam hal ini.

> Sindrom down
Seseorang yang mengembangkan sindrom down dapat memiliki percakapan imajiner dengan diri mereka sendiri. Percakapan ini bukan karena halusinasi atau delusi. Percakapan ini dapat mengenai diri mereka sendiri, mainan mereka, atau orang ketiga baik itu nyata atau imajinasi. Mereka juga dapat berbicara dengan mainan mereka atau beberapa objek yang terdapat dalam ruangan. Perilaku ini masih dianggap normal. Namun, jika nada orang tersebut tiba-tiba berubah saat masih sedang berbicara sendiri, ini dapat menjadi indikasi adanya masalah psikologis. Masalah-masalah ini meliputi depresi, kecemasan, dan penyakit fisik.

> Skizofrenia
Seseorang yang menderita skizofrenia pada umumnya akan mengalami halusinasi. Orang tersebut dapat mengalami halusinasi secara visual maupun audio. Pada halusinasi visual, seseorang dapat membayangkan beberapa orang lainnya yang terlihat begitu nyata bagi dirinya. Dia akan mencoba untuk melakukan percakapan dengan sosok khayalan ini. Pada kasus audio, seseorang dapat merasa seperti mendengar suara seseorang yang berbicara kepadanya. Dia mungkin berbicara dan akan menanggapi apa yang dia dengar, bahkan jika dia sedang sendirian di dalam ruangan. Seseorang yang menderita penyakit Alzheimer juga terdapat kemungkinan mengembangkan kondisi yang sama.

> Kebiasaan
Anak-anak sering mempunyai kebiasaan untuk menganggap mainan mereka seperti hidup sewaktu bermain. Mereka kemudian berbicara dengan mainan mereka. Beberapa anak memang tumbuh melewati tahap semacam itu, sedangkan beberapa anak yang lain tidak. Kebiasaan ini dapat berubah saat mereka tumbuh dewasa, meski tidak dapat sepenuhnya. Anak-anak tersebut cenderung memiliki teman khayalan atau mengembangkan kebiasaan berbicara dengan diri sendiri di usia dewasa.

> Penyebab natural
Dapat dikatakan bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami percakapan imajiner yang tidak pernah berakhir. Hal ini terjadi karena seseorang sedang menganalisa, memahami, dan mengatur situasi melalui percakapan ini. Sambil berpikir, orang akan cenderung untuk berbicara dengan diri mereka sendiri. Selain itu, mereka mungkin juga tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan percakapan ini. Sebagai contoh, anda sedang mengamati suatu hal, dan tanpa sadar anda akan berkata,”Apa ya itu?” Kemudian anda menjawabnya sendiri,”Ohh iya… itu blablabla…..” dst.


Dengan melakukan pembicaraan dengan diri sendiri dapat menjadi tanda adanya upaya untuk terhubung kepada diri sendiri. Namun, jika hal ini menandakan kondisi yang serius, maka yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan ahli.

Related Posts